Museum Gajah ini merupakan sebuah museum yang pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang memiliki koleksi peninggalan dari berbagai era. Museum ini didirikan pada tanggal 24 April 1778 silam, pada waktu pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Sejarah awal berdirinya museum ini bermula dari J.C.M. Radermacher, seorang ketua perkumpulan, yang menyumbang sebuah gedung di Jalan Kalibesar beserta dengan semua koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti akan menjadi dasar untuk pendirian sebuah museum.
Bangunan museum ini terdiri dari gedung lama dan gedung baru dengan pintu masuk di gedung lama yang masih terlihat bersih dan terawat. Di depan gedung lama yang bergaya Eropa, terdapat kolam dengan patung gajah kecil di atasnya hadiah pemberian Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871 yang menyebabkan museum ini dikenal juga sebagai Museum Gajah. Hingga saat ini, Museum Gajah memiliki 141.899 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Berbagai benda-benda prasejarah yang dipamerkan mulai dari zaman batu seperti: artifak, fosil, menhir, arca-arca kuno, prasasti, barang kerajinan dan senjata purba yang berasal dari pelosok Nusantara.
Ada juga koleksi keramik dari dinasti Han, Tang dan Ming yang menjadi salah satu koleksi keramik terbesar di dunia, keramik-keramik Asia Tenggara, juga benda-benda kebudayaan Hindu Jawa. Lantai satu bertemakan Manusia Dan Lingkungan menyimpan koleksi perkembangan manusia dan lingkungan dari jaman ke jaman. Lantai kedua yang mengusung tema IPTEK berisikan koleksi yang merekam kemajuan teknologi yang berhasil diciptakan manusia. Sementara lantai tiga yang bertemakan Organisasi Sosial Dan Pola Pemukiman memuat info geografis mengenai pola pemukiman penduduk dan kehidupan sosialnya. Lantai paling atas merupakan ruangan Khasanah Emas Dan Keramik merupakan area yang paling menarik perhatian pengunjung meskipun terlarang untuk memotret.
Mengunjungi Museum Gajah, Anda akan disambut dengan Patung Bhairawa. Patung dengan tinggi 414 cm ini ditemukan di Padang Roco, Sumatra Barat dan diperkirakan berasal dari abad ke 13 dan 14. Patung ini adalah manifestasi dari Dewa Lokeswara atau Awalokiteswara, yang merupakan perwujudan Buddhisatwa (pancaran Buddha) di bumi. Patung ini berupa laki-laki yang sedang memegang cangkir tengkorak di tangan kirinya dan keris pendek dengan gaya Arab ditangan kanannya dan berdiri di atas mayat dan deretan tengkorak.
Selanjutnya, Anda dapat memulai penelusuran di museum ini dengan melihat koleksi kebudayaan masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, mulai dari alat musik, baju kuno, alat angkut tradisional, seperti perahu, patung-patung artefak, dan banyak koleksi budaya lainnya. Dan juga terdapat suatu ruang khusus berisi miniatur dan berbagai rumah adat masyarakat tradisional di Indonesia. Setelah itu Anda dapat melihat koleksi keramik. Mulai dari gerabah berukuran besar sampai piring dan mangkuk dapat ditemui di sini. Jenisnya juga beragam, mulai green celadon, retak seribu, sampai keramik berwarna-warni ada di sini.
Untuk koleksi arca diletakkan di halaman tengah dari bangunan lama. Anda dapat berjalan di lorong sepanjang taman innercourct sambil menikmati suguhan berbagai arca yang memukau. Tak jauh dari situ, di bagian ujung dekat pintu keluar, ada satu ruangan berisi koleksi meja dan kursi, serta lampu kuno, disamping beberapa meriam dan perabot lainnya. Untuk tiket masuk, Anda cukup membayar Rp5 ribu untuk dewasa dan Rp2 ribu untuk anak-anak. Sementara bagi rombongan atau grup minimal 20 orang yaitu dewasa dikenakan tarif Rp3.000 dan anak-anak Rp1.000. Turis luar negeri baik anak-anak atau dewasa dikenakan biaya Rp10.000. Untuk hari kerja Selasa-Jumat, Anda diperbolehkan berjalan-jalan pada pukul 08.00-16.00 WIB. Weekend, Sabtu dan Minggu, pengunjung bisa datang pada pukul 08.00-17.00 WIB. Namun pada hari Senin museum akan tutup begitu pula dengan hari libur nasional.